Oleh: Peni Widi Hastuti
Karya
ini termasuk karya sastra yang bergendre prosa lama. Prosa merupakan salah satu
bentuk karya sastra yang waktu pemunculannya sebelum tahun 1920. Prosa lama
dibagi atas berbagai macam bentuk, diantaranya legenda, mitos, hikayat, cerita
sejarah dan lain- lain. Berikut ini adalah salah satu contoh bentuk cerita
sejarah dengan judul “Sejarah Kecil ‘Petite Histoire’ Indonesia”. Buku ini
merupakan salah satu hasil karya sastrawan Indonesia angkatan ’45 yang bernama
H. Rosihan Anwar. Rosihan Anwar lahir di Kubang, Nan Dua, Sumatera Barat pada
tanggal 10 Mei 1922.Ia pemeluk agam Islam. Ia pernah menempuh pendidikan H.I.S
di Padang, MULO di Padang, A.M.S A Jursan Klasik Barat di Yogyakarta(1942),
serta School of Journalism,Columbia University di New York (1954). Setelah menamatkan
pendidikannya ia bekerja pada dunia jurnalistik dan kewartawanan. Adapun
pengalaman kerja yang pernah ia jalani diantaranya reporter di Asia Raya
Jakarta (1943- 1946), redaktur pertama Harian Merdeka Jakarta (1945- 1946),
pendiri dan pemimpin redaksi majalah Siasat (1947- 1957), pendiri perusahaan
film nasional “Perfini” (1950), pegawai perusahaan swasta “Indomarine”, Jakarta
(1963- 1968), kolomnis Bussines News (1963), kolomnis Kompas, Harian Kami,
Angkatan bersenjata, Jakarta (1966- 1968), koresponden harian Australia The
Age, Melbourn (1967- 1968), koresponden harian India hindustan Times, New Delhi
(1968- 1969), koresponden surat kabar Minggu Asian, Hongkong (1970- 1971),
pemimpin redaksi harian Pedoman periode kedua (29 November 1968- 14 Januari
1974), koresponden harian The Straits Times, Singapura dan The Straits Times,
Kuala Lumpur(1976- 1981), ketua umum Persatuam Wartawan Indonesia (PWI) pusat
(periode1970- 1973), aktor pembantu dalam film “Darah dan Doa” (1950), “Lagi-
lagi Krisis” (1956), “Karmila”(1974), “Tjoet Nja Dien” (1988), Producer/
director/ script- writerfilm dokumenter/ sejarah untuk TVRI seperti “Tanah
Toraja” (1984), “Hatta dan Sjahrir di Banda Neira”(1984), “Kerajaan Islam
Samudra Pasai”(1985), “Perundingan Linggar Jati 1946” (1991).
Hasil
karya Rosihan Anwar banyak berupa novel dan cerita sejarah. Ia termasuk
sastrawan yang produktif, hal ini terbukti dari banyaknya hasil karangan yang
ia hasilkan antara lain Ke Barat dari Rumah, India dari Dekat, Dapat Panggilan
dari Nabi Ibrahim, Iskam dan Anda, Masalah- masalah Modernisasi, Novel Sejarah
“Raja Kecil”, Kisah- kisah Zaman Revolusi, Kisah- kisah Jakarta Setelah
Proklamasi, Naik di Arafat, dan Belahan Jiwa berupa buku kisah perjalanan hidup
bersama istrinya yang belum sempat terbit. Selain riwayat pendidikan dan hasil
karyanya ia juga memperoleh banyak penghargaan dan tanda penghormatan berupa
Bintang Kerajaan Tunisia (1955), Bintang Mahaputera Utama (III)- 1973, Bintang
Rizal Filipina (1977), Piagam Penghargaan Pena Mas PWI Pusat (1979), Piagam
Penghargaan “Pengabdian sebagai Wartawan”dari Gubernur KDH Sumatera Barat
(1984).
Pada
era jaman modern saat ini bisa dikatakan hanya sedikit sekali generasi muda
yang peduli akan cerita sejarah. Apalagi cerita sejarah yang menyangkut tentang
perjuangan para pahlawan dan cerita tentang jaman dahulu. Mereka beranggapan
bahwa membaca cerita sejarah sangatlah sulit. Kosakata yang digunakan dalam
cerita sejarah biasanya berbentuk kalimat asing dan sulit dipahami, ditambah
lagi tebal buku pada cerita sejarah.Tentu kita mengetahui generasi muda jaman
sekarang menghendaki suatu yang mudah dan praktis. Untuk itu diperlukan suatu
gerakan mendorong agar generasi muda menaruh minatnya untuk mengetahui dan
memahami tentang cerita sejarah. Tentunya tidak hanya cerita tentang
kepahlawanan akan tetapi sejarah tentang bangsa ini.
Rosihan
Anwar mempunyai suatu pemikiran bagaimana caranya cerita sejarah menarik bagi
generasi muda. Sejarah tidak hanya berisi rangkaian peristiwa dan tahun untuk
dihafalkan, akan tetapi bagaimana generasi muda jaman sekarang bisa mencintai
sejarah bangsanya di masa lampau. Sejarah bukan hanya cerita belaka, melainkan
suatu realitas yang terus bergerak dan layak untuk dipahami. Mengingat generasi
muda jaman sekarang yang cenderung lebih menyukai cerita- cerita modern, maka
buku ini ditampilkan dengan menarik sehingga mudah untuk di pahami. Cara
penulisan dengan bahasa yang mudah dimengerti, padat, ringkas, lugas, menarik
dan bersifat menghibur merupakan suatu komponen yang tidak dilupakan dalam
penulisan buku ini. Sehingga diharapkan melalui buku ini generasi muda dapat
mencintai cerita sejarah.
Sejarah
Kecil “Petite Histoire” Indonesia merupakan salah satu jenis cerita sejarah
yang di dalamnya mengisahkan tentang Indonesia. Dalam buku ini dijelaskan
cerita- cerita perjuangan para pahlawan sebelum merdeka. Cerita ini merupakan
kisah nyata yang terjadi pada masa lalu. Penulis berusaha menyajikan cerita
sejarah ini melalui sebuah buku yang sederhana akan tetapi padat isi. Berdasar
pengalaman dan pengetahuan yang penulis peroleh pada masa lampau tersebut, maka
dalam buku ini benar- benar digambarkan cerita masa lalu. Pembaca seolah- olah
dapat ikut merasakan apa yang pernah terjadi pada jaman pra kemerdekaan.
Rosihan Anwar menyampaikan peristiwa-
peristiwa penting yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Peristiwa yang
warga Indonesia seharusnya mengetahui serta dapat menceritakan kembali kepada
generasi muda selanjutnya, apabila suatu saat ditanya tentang sejarah Indonesia.
Karena buku ini ditulis berdasarkan kisah nyata, penulis berharap cerita yang
terkandung di dalamnya dapat memotivasi generasi muda untuk membaca. Selain itu
generasi muda juga menyadari betapa pentingnya mengetahui dan mendalami
sejarah. Sejarah Kecil “Petite Histoire” Indonesia pertama kali diterbitkan
dalam bahasa Indonesia oleh penerbit buku Kompas, Juni 2004. PT Kompas Media
Nusantara beralamat di Jalan Palmerah Selatan, Jakarta. Tahapan yang digunakan
pengarang dalam buku ini merupakan alur flash
back atau kilas balik, pengarang disini menceritakan kembali kisah yang berada
dimasa lalu dan juga pengarang menceritakan orang lain, jadi pengarang tidak
berperan apa- apa ia hanya menceritakan tokoh yang berada pada buku tersebut.
Gaya bahasa yang digunakan dalam buku ini adalah tautologi berupa kata- kata
yang sering diulang. Kisah yang terkandung di dalam buku ini berjudul, Kayu
Cendana di Pulau Timor, Kudeta Nazi Jerman di Pulau Nias, Pergolakan Berulang
di Maluku, Aceh Riwayatmu Ini Sedari Dulu, Riwayat Saisuk di Sumatera Barat,
Palembang Venetia dari Timur, Tempat Pembuangan Bung Karno di Bengkulu, Perwira
Jerman di Pulau Karimun, Sahabat Prof. Snouck Hurgronje di Banten, Kapal Perang
Jerman “Emdem” Tenggelam di Kepulauan Kokos, Sejarah campur Sari Tiga Zaman di
Jawa Barat, Model Serah Senjata Jepang di Jawa Timur, dan DKI Jakarta, Gusdur “High Noon” Megawati The Spinx.
Setelah membaca buku ini terdapat beberapa
kisah yang sangat menarik untuk dikupas secara mendalam. Kisah tersebut
berjudul Tempat Pembuangan Bung Karno di Bengkulu dan Daya Tarik Kayu Cendana
di Timor Timur. Bengkulu merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang
terkenal dengan sebutan silebar dan penghasil lada. Abad ke- 5 para pedagang
Tarumanegara sudah mengunjungi Bengkulu untuk membeli lada. Abad ke- 16 Bengkulu
berada di bawah pengaruh Banten. Abad ke- 17 bengkulu dijangkau oleh kekuasaan
Aceh. Ketika di Banten terjadi perang saudara antara Sultan Ageng Tirtayasa
dengan Sultan Haji yang dibantu VOC pada tahun 1682, dampaknya sampai di
Bengkulu. Rakyat Bengkulu memihak Sultan Ageng Tirtayasa yang mempertahankan
kemerdekaan.
Orang
Inggris di Bengkulu merupakan bagian dari sejarah Bengkulu. Dengan kalahnya Sultan
Ageng Tirtayasa dari Sultan Haji bersama VOC Belanda, pada 22 Agustus 1682 Sultan
haji menandatangani perjanjian dengan VOC, yang merugikan kerajaan Banten.
Orang Inggris di Banten keluar menuju Bengkulu. Pada tahun 1818 Raffles menjadi
gubernur Benkulen. Dari sana ia berusaha mendirikan kekuasaan Inggris di Nusantara.
Ketika “ Rencana Sumatera” dari Raffles ini gagal lantaran tidak mendapat
dukungan dari pemerintah Inggris, maka Raffles mulai mengalihkan pandangan ke
Singapura. Jasa dari Sir Thomas Stamford Raffles di Indonesia diantaranya ia
merupakan perintis berdirinya taman di Bogor. Selain itu, ia merupakan penemu
bunga istimewa, bunga paling besar di dunia dengan diameter satu meter dan
dinamai rafflessia arnoldi. Babakan Bengkulu dibawah pemerintahan kolonial
Belanda, Bengkulu tetap terpencil. Van der Vinne (1843) mengatakan, kota
Bengkulu hidup dalam isolasi karena belum terjamin akan memperoleh keuntungan
perdagangan bagi para pengusaha di Bengkulu. Di pelabuhan Bengkulu tidak ada
dinas atau badan yang bekerja memut dan memunggah barang dari kapal besar (prauwenveer), belum ada jiwa dagang
yang dapat diandalkan dikalangan pedagang sendiri yang menjaminkelancaran
transaksi perdagangan di Bengkulu.
Kita
tentu mengetahui siapakah sosok Bung Karno itu. Ia adalah Proklamator yang
mengantarkan Indonesia ke gerbang kemerdekaan. Dibalik keberhasilannya mengantarkan
bangsa Indonesia kepada kemerdekaan, terdapat perjuangan yang sangat sulit yang
harus ia lalui. Bung Karno bersama Ny. Inggit Garnasih diasingkan ke Bengkulu
dan tinggal di sebuah rumah yang terletak di Anggut Atas. Rumah itu tersisih
dari rumah tetangga- tetangga lainnya, agar pihak penguasa Belanda lebih mudah
melakukan pengawasan. Bung Karno sering menyanyikan lagu studenten (mahasiswa) dalam bahasa latin. Dalam masa pembuangannya
ia bergabung dengan Muhammadiyah di Bengkulu. Selain itu Bung Karno juga aktif
dalam tabligh, ia mengajar menantu seorang Belanda bernama Jaap Kruisweg. Bung
Karno mengajar bahasa Jawa selama satu tahun tanpa bayaran. Akan tetapi oleh
Jaap Kruisweg dihadiahi dua ekor anjing yang diberi nama “tuk- tuk satu” dan
“tuk- tuk dua”. Bung Karno dalam pembuangan juga menulis otobiografi dan
bibliotik yang isinya, ia meramalkan Indonesia pada tahun 1945 akan melepaskan
belenggunya.
Di
Bengkulu inilah Bung Karno mulai menjalin hubungan asmara dengan Fatmawati,
yang kemudian menjadi istri ketiga, setelah Utari dan Inggit. Fatmawati
merupakan wanita pertama yang menjahit bendera kebangsaan bagi Indonesia.
Ketika perang pasifik pecah pada tanggal 8 Desember 1941, ada rencana untuk
melarikan Bung Karno ke Suriname atau Australia. Bulan Februari Bung Karno dan
Ny. Inggit dibawa polisi Belanda ke Padang melalui jalan Barat. Kapal yang akan
membawanya dari Teluk Bayur tenggelam di torpedo Jepang, sehingga Bung Karno
gagal dibawa ke Australia. Bulan Juli 1942 Bung Karno dengan menumpang kapal
motor kecil tiba di pelabuhan Pasar Ikan, Jakarta. Beberapa waktu kemudian ia
memimpin pergerakan rakyat bersama Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara, K.H. Mas
Mansoer sehingga mereka disebut sebagai empat serangkai. Sesuai otobiografi
yang ia tulis jelas sekali tergambar bahwa Bung Karno merupakan salah satu
pahlawan negara yang rela berkorban demi bangsanya. Selain itu ia juga bersedia
mengabdikan dirinya, memberi ilmu pada orang lain walaupun tanpa diupah. Bung
karno dengan jiwa besarnya berkeyakinan bahwa bangsa indonesia suatu saat nanti
akan terlepas dari belenggu dan penjajahan. Hal itu terwujud dengan berhasilnya
ia memproklamirkan kemerdekaan di hadapan bangsa Indonesia. Sungguh seorang
pahlawan dan pemimpin yang seharusnya ditiru oleh para pemimpin Indonesia saat
ini.
Selain
kisah Tempat Pembuangan Bung Karno di Bengkulu salah satu kisah yang menarik
untuk dikupas adalah Daya Tarik Kayu Cendana di Timor Timur. Pulau Timor adalah
salah satu dari 13.000 pulau di Nusantara, terletak di ujung timur kepulauan
Nusa Tenggara. Luas Pulau Timor 32000 km, sedangkan Timor Timur 18.989 km, yang
hampir seluruhnya terdiri dari pegunungan. Gunung tertinggi ialah Tata Mailan,
2950 meter. Sebuah kronik Cina tahun 1436 mengatakan, pulau ini tidak memiliki
kekayaan lain selain kayu cendana yang harum baunya. Kayu cendana diminati dan
dicari oleh pedagang dari seberang lautan, seperti pedagang Cina yang datang
berniaga ke Pulau Timor. Menurut cerita Cina yang ditulis oleh Chao Jukua pada
abad ke-13 Kerajaan Sriwijaya atau Su-
chi- tan dalam bahasa Cina meliputi: Sin-
to (Sunda), Ma- li (Bali), Tan- jung- wo- lu (Tanjung Pura
Kalimantan), Ti- Wu (Timor), dan Wa- nu- ku (Maluku). Jelas Timor disebut
dalam cerita Cina itu sebagai wilayah Kerajaan Sriwijaya.
Dengan
tujuan mencari rempah- rempah yang mahal harganya di pasar Eropa, Portugis
mengarungi samudra menuju Kepulauan Nusantara. Pada 1498 Vasco da Gama dari
Portugal mencapai pantai India. Conguistador
terkenal Afonso de Alburquerque mengalahkan Goa. Dari sana ia mempersiapkan
penyerbuan ke Malaka, pusat perdagangan rempah- rempah, yang ditakhlukkannya
pada 1511. Setelah Malaka jatuh dipersiapkannya ekspedisi besar ke Maluku dan
Banda Neira, pusat produsen rempah- rempah. Tidak seorangpun tahu persis kapan
Timor pertama terlihat dari sebuah kapal Portugis. Tetapi pulau itu pertama
kali disebut dalam sepucuk surat tanggal 6 Januari 1514 yang ditulis oleh Rui
de Brito. Jadi barangkali peristiwa itu terjadi tahun 1500 dan 1514, dan
menurut sumber sangat mungkin Portugis
mengunjungi Timor pada 1512.
Daya
tarik Timor terletak pada hutan cendananya yang tumbuh melimpah- ruah. Beberapa
dasawarsa lewat dan semakin banyak orang Portugis, kemudian orang Belanda
terpikat oleh kekayaan alam itu. Pada abad ke- 16 terdapat dua kerajaan
bumiputra yang saling bersaing yaitu Kerajaan Belu dan Kerajaan Serviao. Belu
menguasai Timor Timur dan sebagian Timor Barat, bahasa mereka bahasa Tetum.
Serviao menguasai daerah yang sekarang dihuni oleh orang Atoni dan kebanyakan
terdapat di Timor Barat, bahasa mereka Vaiqueno. Di pihak Belu terdapat 46 reinos atau kerajaan yang masing- masing
memiliki tingkat kemerdekaan, sedangkan di pihak Serviao terdapat 16 kerajaan
yang semua mengakui Sonba’i sebagai penguasa tertinggi, Sonba’i adalah raja
Serviao.
Orang
Portugis tidak menetap di Timor ketika datang pertama kali tahun 1512. Mereka
hanya berdagang membeli kayu cendana. Baru setelah lebih dari 50 tahun
kemudian, tahun 1566, orang Portugis mendirikan sebuah benteng di Pulau Solor. Dari
Solor pastor- pastor Ordo Dominican melakukan kegiatan menasranikan penduduk
Flores, Lombok, Alor, Roti, dan Timor. Di sekitar benteng berkembang suatu
masyarakat yang terdiri dari bajak laut Meztizo- Timor, serdadu dan pelaut
Portugis, serta pedagang kayu cendana dari Maccao dan Malaka. Masyarakat yang
didominasi oleh para pengelana Eropa dan orang Indo- Eropa yang tukang bunuh
beserta istri mereka yang pribumi menjadi terkenal sebagai Topass atau Portugis
Hitam.
Belanda
mengirimkan pasukan ke Timor tahun 1613 untuk merebut kontrol dan monopoli atas
perdagangan kayu cendana. Belanda merebut benteng Portugis di Pulau Solor. Para
pastor Dominican beserta pengikut mereka, Topass, melarikan diri ke Larantuka
di ujung timur Pulau Flores. Saat itu kekuatan mereka lebih dari 1.000 orang,
diantaranya terdapat 30 orang Portugis atau Indo dan 7 orang Romo Dominican. Dalam masa 30 tahun berikutnya
benteng di Pulau Solor kerap bertukar- tangan antara Belanda dan Portugis.
Kendati timbul sengketa antara Portugis dan Belanda, kapal- kapal mereka terus
berlayar untuk mengangkut kayu cendana, lilin tawon lebah, kuda Timor, dan
budak. Baik Belanda maupun Portugis melakukan perdagangan budak yang ramai dari
Timor sampai jauh ke abad ke- 19.
Penjajahan
ditandai oleh dua tahap. Pertama, tahap perdagangan penjajah melaksanakan
kekuasaan hanya melalui kontak di pantai dan pos- pos yang kecil seraya
mengandalkan pada perjanjian politik dengan raja- raja setempat yang disebut liurai untuk menjaga keseimbangan
kekuasaan. Kedua, tahap pemukiman ketika penetrasi dan kekuasaan langsung
diperlukan untuk menjamin supremasi. Demikianlah pada tahun 1642 sebuah
ekspedisi Portugis bergerak melintas Timor dan menghancurkan pusat kerajaan
Wehale yang paling berkuasa di sana. Karena merasa diancam oleh bangsa kulit
putih, raja Wehale memeluk agama Islam dan menjadi sekutu Makasar. Portugis
tidak senang, lalu mengirimkan ekspedisi untuk menghukum Wehale. Dampak politis
tindakan ini ialah monopoli perdagangan Portugis di daerah pantai terjamin tanpa perlu mengkonsololidasi
diri di daerah pedalaman.
Awal
abad ke- 18 Timor ibarat api dalam sekam, sewaktu- waktu dapat meletus
pemberontakan. Tahun 1719 sejumlah raja atau liurai bertemu secara rahasia dan mengadakan Persetujuan Camenassa.
Mereka melakukan sumpah darah dan berjanji untuk tidak berhenti sampai orang
Portugis diusir dari Timor. Mereka bersekutu dengan Topass dan pemberontakan
dipimpin oleh seorang Topass bernama Fransisco de Hornay. Selama 50 tahun
berikutnya, Timor berada dalam keadaan perang terbuka. Portugis bercokol terus
dan pada tahun 1769 memindahkan pusat pemerintahannya dari Lifau, yang dikepung
oleh orang Timor dan Topass selam dua tahun, ke Dili.
Penjajahan
Portugis di Timor Timur ditegakkan dengan menggunakan polisi rahasia yakni Policia Internatinal de Defesa do Estado
(PIDE). Seterusnya dengan melakukan teror dan sensor, mengadu domba para liurai atau kepala tradisional rakyat,
dan melaksanakan kerja paksa di bawah ancaman hukuman palmatoria. Ini adalah bentuk hukuman yang lazim dipraktikkan oleh
Portugis di seluruh Timor Timur. Caranya, telapak tangan orang dipukuli dengan
sebuah tongkat yang panjangnya antra 40 sampai 45 sentimeter. Di ujung tongkat
ini terdapat sebuah piringan kayu yang keras, setebal dua setengah sentimeter
atau lebih. Dengan memukulkan piringan kayu itu keras- keras di telapak tangan,
maka setelah 50 kali pukulan telapak tangan itu tidak dapat dipergunakan selama
dua atau tiga minggu. Demikian kejamnya hukuman palmatoria di Timor Timur pada zaman kolonial Portugis.
Perang
dunia II pecah pada tahun 1939 dan Portugal menyatakan diri sebagai negara
netral. Di Asia balatentara Dai Nippon bergerak ke selatan menaklukkan
Filipina, Malaya, dan Hindia- Belanda. Tanggal 19 Februari 1942, 1000 tentara
Jepang mendarat di Dili dan 5000 orang di Kupang. Di Timor Timur, Jepang
menghadapi 327 orang tentara Australia yang bergerilya selama 13 bulan sebelum
ditarik kembali ke Australia. Sebagian besar penjabat Pemerintah Portugis di
Dili diinternir oleh Jepang. Selama pendudukan Jepang 40.000 rakyat Timor Timur
mati karena kurang makan dan terkena penyakit.
Seusai
perang dunia, ekonomi Timor Timur berada dalam kesulitan. Anggaran belanja yang
disubsidi oleh Lisabon sangat kecil, hal ini mengakibatkan rakyat Timor- Timor
menderita. Pada tanggal 11 Mei 1974 dibentuk Uniao Democratika Timorense (UDT) yang menginginkan Timor Timur
menjadi negara bagian Portugal sebagai langkah peralihan ke arah kemerdekaan.
Para pemimpin UDT adalah Lopes da Cruz, Mousinho, dan dua bersaudara Carras
Calao Joia dan Mario. Seminggu kemudian menyusul pembentukan Associacao Social Demokrata Timorense (ASDT),
yang pada September 1974 berganti nama menjadi Frente Revocionaria de Timor Leste Indepedente (Fretilin), yang
para pemimpinnya adalah Fansisco Xavier do Amaral, Nicolau Abato, Mali
Alkatiri, dan Ramos Horta. Mereka menghendaki Timor Timur merdeka dan
berdaulat. Pada akhir Mei 1974 dibentuk Assciacao
Popular Democratika de Timor (Apodeti) yang prinsipnya menghendaki
integrasi dengan Indonesia. Pimpinannya ialah Arnaldo dos Reis Aranjo. Kemudian
menyusul pula pembentukan dua kelompok kecil yaitu KOTA dan Trabalhista.
Pemerintah
Indonesia mengikuti perkembangan Timor Timur. Presiden Soeharto dalam sidang
Dewan Stabilisasi Politik dan Keamanan Nasional tanggal 8 Oktober 1974,
menyatakan sikap dasar Indonesia terhadap masalah Timor Timur. Indonesia tidak
mempunyai ambisi teritorial. Indonesia menghormati hak rakyat Timor Timur untuk
menentukan nasibnya sendiri. Bila rakyat Timor Timur ingin bergabung dengan
Indonesia, maka mereka tidak mungkin bergabung sebagai negara, melainkan
sebagai bagian dari wilayah Kesatuan Republik Indonesia. Sikap dasar Indonesia
ini perlu ditegaskan, karena dalam politik dekolonasi Portugal direncanakan
diadakan referendum di Timor Timur pada Maret 1975. Referendum ini merupakan
sarana bagi rakyat untuk menentukan nasib rakyat sendiri.
Pada
pertengahan Oktober 1974 delegasi Indonesia, dipimpin oleh Letnan Jenderal Ali
Moertopo, mengadakan pembicaraan dengan Pemerintah Portugal di Lisabon untuk
mengetahui sikap dasar Portugal. Atas permintaan Portugal pada Maret 1975
delegasi Indonesia masih dipimpin oleh Ali Moertopo, berunding di London dengan
delegasi Portugal. Dari pertemuan ini dapat disimpulkan adanya pengakuan de facto bahwa Indonesia merupakan
salah satu faktor kekuatan yang terkait dalam proses dekolonisasi Timor Timur,
sehingga Indonesia harus diperhitungkan dan diikutsertakan. Portugal juga
setuju bahwa cara paling mudah ialah integrasi Timor Timur dengan Indonesia
melalui penentuan nasib sendiri yang diterima secara internasional. Sebuah tim,
sebagai utusan Indonesia dikirim ke Dili pada awal April 1975 untuk mengadakan
pembicaraan dengan Gubernur Portugis Kolonel Lemos Pires, para pemimpin UDT,
Fretilin, dan Apodeti. Selain itu para pemimpin juga diundang ke Jakarta untuk
bertukar pikiran. Semua upaya ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah Timor
Timur dengan baik dan tidak sampai membahayakan keamanan Republik Indonesia.
Pada
tanggal 28 November 1975 Fretilin di Dili memproklamasikan kemerdekaan Timor
Timur dalam sebuah upacara. Tindakan Politik ini dibahas oleh UDT dan Apodeti dengan
sebuah deklarasi Timor Timur dengan Republik indonesia. Pernyataan integrasi Timor
Timur ditandatangani di Balibo oleh Liurai Atsabe dan Borromen atas nama
Apodati, Lopes da Cruz dan Domingos de Oliveira atas nama UDT, Jose martin atas
nama KOTA dan Domingos Preir atas nama Trabalhista. Menteri Luar Negeri Adam
Malik terbang ke Atambua di Timor Timur dan di sana menerima petisi para
pemimpin Timor Timur yang meminta integrasi dengan Indonesia. “Kami akan
memberikan kepada anda dukungan penuh, secara diam- diam atau terang- terangan,
diplomasi telah selesai. Penyelesaian masalah Timor Timur kini adalah garis
terdepan medan pertempuran,” ujarnya.
Polemik
tentang Timor Timur terus dipersoalkan di berbagai forum internasional. Sejak
1983 Indonesia menempuh dua jalur upaya secara bersamaan. Pertama, atas
inisiatif Sekjen PBB tercapai kontak di new York antara wakil tetap RI, wakil
tetap Portugal dan wakil Sekjen PBB. Kedua, penambahan serta pemeliharaan
dukungan negara- negara terhadap posisi RI. Kedua upaya ini telah menghasilkan
terjadinya penundaan perdebatan masalah Timor Timur di PBB berturut- turut
padda 1983, 1984, dan 1985. Tetapi mengingat Timor Timur masih tercantum dalam
daftar wilayah- wilayah yang belum berpemerintahan sendiri, masalah Timor Timur setiap tahun tetap
dibahas dalam Komite 24 PBB (Komite Khusus Dekolonisasi).
Perubahan
politik di Indonesia dengan lengsernya Presiden Soeharto dan diganti dengan B.J
Habibie mempunyai dampak yang dramatis terhadap Timor Timur. Habibie
menjanjikan status otonomi khusus kepada Timor Timur tetapi Ramos Horta
menolaknya, sebab menerima otonomi berarti menerima legalitas penaklukan Timor
Timur oleh Indonesia. Sehingga pada hari Senin, 20 Mei 2002 lahir suatu negara
ke dunia bernama Republik Demokratik Timor Leste. Berabad- abad yang silam
Timor Timur mempunyai daya tarik kayu cendana yang menyebabkan pantainya
didatangi oleh petualang dan pedagang Portugis, Belanda, Cina, Arab, dan India.
Kini daya tarik cendana telah hilang harga jualnya bersama keluarnya Timor
Timur dari Republik Indonesia. Sangat
disayangkan memang, akan tetapi mengingat asas yang digunakan di Indonesia
adalah asas demokrasi yang artinya memberikan kebebasan terhadap warga untuk
menentukan hidupnya, maka tidak menjadi masalah jika Timor Timur ingin menjadi
negara kesatuan sendiri. Kendati secara politik Timor Timur telah berpisah
dengan Repubik Indonesia, namun secara kultural kedua rakyat adalah satu
bangsa.
Akhirnya
sampailah pada akhir penulisan esai ini. Dari rangkuman cerita Sejarah Kecil
‘Petite Histoire’ Indonesia, terdapat banyak sekali amanat yang harus kita
teladani. Diantara amanat tersebut adalah, kita sebagai generasi muda harus
dapat menghormati jasa- jasa pahlawan yang telah rela berkorban jiwa dan
raganya demi mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tanda
penghormatan itu dapat di wujudkan dengan perilaku sehari- hari, misalnya
mentaati peraturan negara, memperingati hari- hari bersejarah, dan tidak
berhianat terhadap negara kita sendiri. Selain itu, sebagai bangsa Indonesia
sudah seharusnya bangga memiliki sumber daya alam yang baik dan melimpah ruah.
Untuk itu diharapkan kita dapat memanfaatknnya dengan sebaik mungkin. Menjaga
alam Indonesia tetap lestari dan damai sudah cukup membantu mewujudkan cita-
cita yang dulu diperjuangkan oleh pahlawan kita.
Daftar
Pustaka
Anwar,
Rosihan. 2004. Sejarah Kecil ‘Petite
Histoire’ Indonesia. Jakarta: Kompas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar