Jumat, 11 Oktober 2013

Sejarah Kecil “Petite Histoire” Indonesia

 Oleh: Peni Widi Hastuti
Karya ini termasuk karya sastra yang bergendre prosa lama. Prosa merupakan salah satu bentuk karya sastra yang waktu pemunculannya sebelum tahun 1920. Prosa lama dibagi atas berbagai macam bentuk, diantaranya legenda, mitos, hikayat, cerita sejarah dan lain- lain. Berikut ini adalah salah satu contoh bentuk cerita sejarah dengan judul “Sejarah Kecil ‘Petite Histoire’ Indonesia”. Buku ini merupakan salah satu hasil karya sastrawan Indonesia angkatan ’45 yang bernama H. Rosihan Anwar. Rosihan Anwar lahir di Kubang, Nan Dua, Sumatera Barat pada tanggal 10 Mei 1922.Ia pemeluk agam Islam. Ia pernah menempuh pendidikan H.I.S di Padang, MULO di Padang, A.M.S A Jursan Klasik Barat di Yogyakarta(1942), serta School of Journalism,Columbia University di  New York (1954). Setelah menamatkan pendidikannya ia bekerja pada dunia jurnalistik dan kewartawanan. Adapun pengalaman kerja yang pernah ia jalani diantaranya reporter di Asia Raya Jakarta (1943- 1946), redaktur pertama Harian Merdeka Jakarta (1945- 1946), pendiri dan pemimpin redaksi majalah Siasat (1947- 1957), pendiri perusahaan film nasional “Perfini” (1950), pegawai perusahaan swasta “Indomarine”, Jakarta (1963- 1968), kolomnis Bussines News (1963), kolomnis Kompas, Harian Kami, Angkatan bersenjata, Jakarta (1966- 1968), koresponden harian Australia The Age, Melbourn (1967- 1968), koresponden harian India hindustan Times, New Delhi (1968- 1969), koresponden surat kabar Minggu Asian, Hongkong (1970- 1971), pemimpin redaksi harian Pedoman periode kedua (29 November 1968- 14 Januari 1974), koresponden harian The Straits Times, Singapura dan The Straits Times, Kuala Lumpur(1976- 1981), ketua umum Persatuam Wartawan Indonesia (PWI) pusat (periode1970- 1973), aktor pembantu dalam film “Darah dan Doa” (1950), “Lagi- lagi Krisis” (1956), “Karmila”(1974), “Tjoet Nja Dien” (1988), Producer/ director/ script- writerfilm dokumenter/ sejarah untuk TVRI seperti “Tanah Toraja” (1984), “Hatta dan Sjahrir di Banda Neira”(1984), “Kerajaan Islam Samudra Pasai”(1985), “Perundingan Linggar Jati 1946” (1991).

Hasil karya Rosihan Anwar banyak berupa novel dan cerita sejarah. Ia termasuk sastrawan yang produktif, hal ini terbukti dari banyaknya hasil karangan yang ia hasilkan antara lain Ke Barat dari Rumah, India dari Dekat, Dapat Panggilan dari Nabi Ibrahim, Iskam dan Anda, Masalah- masalah Modernisasi, Novel Sejarah “Raja Kecil”, Kisah- kisah Zaman Revolusi, Kisah- kisah Jakarta Setelah Proklamasi, Naik di Arafat, dan Belahan Jiwa berupa buku kisah perjalanan hidup bersama istrinya yang belum sempat terbit. Selain riwayat pendidikan dan hasil karyanya ia juga memperoleh banyak penghargaan dan tanda penghormatan berupa Bintang Kerajaan Tunisia (1955), Bintang Mahaputera Utama (III)- 1973, Bintang Rizal Filipina (1977), Piagam Penghargaan Pena Mas PWI Pusat (1979), Piagam Penghargaan “Pengabdian sebagai Wartawan”dari Gubernur KDH Sumatera Barat (1984).
Pada era jaman modern saat ini bisa dikatakan hanya sedikit sekali generasi muda yang peduli akan cerita sejarah. Apalagi cerita sejarah yang menyangkut tentang perjuangan para pahlawan dan cerita tentang jaman dahulu. Mereka beranggapan bahwa membaca cerita sejarah sangatlah sulit. Kosakata yang digunakan dalam cerita sejarah biasanya berbentuk kalimat asing dan sulit dipahami, ditambah lagi tebal buku pada cerita sejarah.Tentu kita mengetahui generasi muda jaman sekarang menghendaki suatu yang mudah dan praktis. Untuk itu diperlukan suatu gerakan mendorong agar generasi muda menaruh minatnya untuk mengetahui dan memahami tentang cerita sejarah. Tentunya tidak hanya cerita tentang kepahlawanan akan tetapi sejarah tentang bangsa ini.
Rosihan Anwar mempunyai suatu pemikiran bagaimana caranya cerita sejarah menarik bagi generasi muda. Sejarah tidak hanya berisi rangkaian peristiwa dan tahun untuk dihafalkan, akan tetapi bagaimana generasi muda jaman sekarang bisa mencintai sejarah bangsanya di masa lampau. Sejarah bukan hanya cerita belaka, melainkan suatu realitas yang terus bergerak dan layak untuk dipahami. Mengingat generasi muda jaman sekarang yang cenderung lebih menyukai cerita- cerita modern, maka buku ini ditampilkan dengan menarik sehingga mudah untuk di pahami. Cara penulisan dengan bahasa yang mudah dimengerti, padat, ringkas, lugas, menarik dan bersifat menghibur merupakan suatu komponen yang tidak dilupakan dalam penulisan buku ini. Sehingga diharapkan melalui buku ini generasi muda dapat mencintai cerita sejarah.
Sejarah Kecil “Petite Histoire” Indonesia merupakan salah satu jenis cerita sejarah yang di dalamnya mengisahkan tentang Indonesia. Dalam buku ini dijelaskan cerita- cerita perjuangan para pahlawan sebelum merdeka. Cerita ini merupakan kisah nyata yang terjadi pada masa lalu. Penulis berusaha menyajikan cerita sejarah ini melalui sebuah buku yang sederhana akan tetapi padat isi. Berdasar pengalaman dan pengetahuan yang penulis peroleh pada masa lampau tersebut, maka dalam buku ini benar- benar digambarkan cerita masa lalu. Pembaca seolah- olah dapat ikut merasakan apa yang pernah terjadi pada jaman pra kemerdekaan. Rosihan Anwar  menyampaikan peristiwa- peristiwa penting yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia. Peristiwa yang warga Indonesia seharusnya mengetahui serta dapat menceritakan kembali kepada generasi muda selanjutnya, apabila suatu saat ditanya tentang sejarah Indonesia. Karena buku ini ditulis berdasarkan kisah nyata, penulis berharap cerita yang terkandung di dalamnya dapat memotivasi generasi muda untuk membaca. Selain itu generasi muda juga menyadari betapa pentingnya mengetahui dan mendalami sejarah. Sejarah Kecil “Petite Histoire” Indonesia pertama kali diterbitkan dalam bahasa Indonesia oleh penerbit buku Kompas, Juni 2004. PT Kompas Media Nusantara beralamat di Jalan Palmerah Selatan, Jakarta. Tahapan yang digunakan pengarang dalam buku ini merupakan alur flash back atau kilas balik, pengarang disini menceritakan kembali kisah yang berada dimasa lalu dan juga pengarang menceritakan orang lain, jadi pengarang tidak berperan apa- apa ia hanya menceritakan tokoh yang berada pada buku tersebut. Gaya bahasa yang digunakan dalam buku ini adalah tautologi berupa kata- kata yang sering diulang. Kisah yang terkandung di dalam buku ini berjudul, Kayu Cendana di Pulau Timor, Kudeta Nazi Jerman di Pulau Nias, Pergolakan Berulang di Maluku, Aceh Riwayatmu Ini Sedari Dulu, Riwayat Saisuk di Sumatera Barat, Palembang Venetia dari Timur, Tempat Pembuangan Bung Karno di Bengkulu, Perwira Jerman di Pulau Karimun, Sahabat Prof. Snouck Hurgronje di Banten, Kapal Perang Jerman “Emdem” Tenggelam di Kepulauan Kokos, Sejarah campur Sari Tiga Zaman di Jawa Barat, Model Serah Senjata Jepang di Jawa Timur, dan DKI Jakarta, Gusdur “High Noon” Megawati The Spinx.
 Setelah membaca buku ini terdapat beberapa kisah yang sangat menarik untuk dikupas secara mendalam. Kisah tersebut berjudul Tempat Pembuangan Bung Karno di Bengkulu dan Daya Tarik Kayu Cendana di Timor Timur. Bengkulu merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terkenal dengan sebutan silebar dan penghasil lada. Abad ke- 5 para pedagang Tarumanegara sudah mengunjungi Bengkulu untuk membeli lada. Abad ke- 16 Bengkulu berada di bawah pengaruh Banten. Abad ke- 17 bengkulu dijangkau oleh kekuasaan Aceh. Ketika di Banten terjadi perang saudara antara Sultan Ageng Tirtayasa dengan Sultan Haji yang dibantu VOC pada tahun 1682, dampaknya sampai di Bengkulu. Rakyat Bengkulu memihak Sultan Ageng Tirtayasa yang mempertahankan kemerdekaan.
Orang Inggris di Bengkulu merupakan bagian dari sejarah Bengkulu. Dengan kalahnya Sultan Ageng Tirtayasa dari Sultan Haji bersama VOC Belanda, pada 22 Agustus 1682 Sultan haji menandatangani perjanjian dengan VOC, yang merugikan kerajaan Banten. Orang Inggris di Banten keluar menuju Bengkulu. Pada tahun 1818 Raffles menjadi gubernur Benkulen. Dari sana ia berusaha mendirikan kekuasaan Inggris di Nusantara. Ketika “ Rencana Sumatera” dari Raffles ini gagal lantaran tidak mendapat dukungan dari pemerintah Inggris, maka Raffles mulai mengalihkan pandangan ke Singapura. Jasa dari Sir Thomas Stamford Raffles di Indonesia diantaranya ia merupakan perintis berdirinya taman di Bogor. Selain itu, ia merupakan penemu bunga istimewa, bunga paling besar di dunia dengan diameter satu meter dan dinamai rafflessia arnoldi. Babakan Bengkulu dibawah pemerintahan kolonial Belanda, Bengkulu tetap terpencil. Van der Vinne (1843) mengatakan, kota Bengkulu hidup dalam isolasi karena belum terjamin akan memperoleh keuntungan perdagangan bagi para pengusaha di Bengkulu. Di pelabuhan Bengkulu tidak ada dinas atau badan yang bekerja memut dan memunggah barang dari kapal besar (prauwenveer), belum ada jiwa dagang yang dapat diandalkan dikalangan pedagang sendiri yang menjaminkelancaran transaksi perdagangan di Bengkulu.
Kita tentu mengetahui siapakah sosok Bung Karno itu. Ia adalah Proklamator yang mengantarkan Indonesia ke gerbang kemerdekaan. Dibalik keberhasilannya mengantarkan bangsa Indonesia kepada kemerdekaan, terdapat perjuangan yang sangat sulit yang harus ia lalui. Bung Karno bersama Ny. Inggit Garnasih diasingkan ke Bengkulu dan tinggal di sebuah rumah yang terletak di Anggut Atas. Rumah itu tersisih dari rumah tetangga- tetangga lainnya, agar pihak penguasa Belanda lebih mudah melakukan pengawasan. Bung Karno sering menyanyikan lagu studenten (mahasiswa) dalam bahasa latin. Dalam masa pembuangannya ia bergabung dengan Muhammadiyah di Bengkulu. Selain itu Bung Karno juga aktif dalam tabligh, ia mengajar menantu seorang Belanda bernama Jaap Kruisweg. Bung Karno mengajar bahasa Jawa selama satu tahun tanpa bayaran. Akan tetapi oleh Jaap Kruisweg dihadiahi dua ekor anjing yang diberi nama “tuk- tuk satu” dan “tuk- tuk dua”. Bung Karno dalam pembuangan juga menulis otobiografi dan bibliotik yang isinya, ia meramalkan Indonesia pada tahun 1945 akan melepaskan belenggunya.
Di Bengkulu inilah Bung Karno mulai menjalin hubungan asmara dengan Fatmawati, yang kemudian menjadi istri ketiga, setelah Utari dan Inggit. Fatmawati merupakan wanita pertama yang menjahit bendera kebangsaan bagi Indonesia. Ketika perang pasifik pecah pada tanggal 8 Desember 1941, ada rencana untuk melarikan Bung Karno ke Suriname atau Australia. Bulan Februari Bung Karno dan Ny. Inggit dibawa polisi Belanda ke Padang melalui jalan Barat. Kapal yang akan membawanya dari Teluk Bayur tenggelam di torpedo Jepang, sehingga Bung Karno gagal dibawa ke Australia. Bulan Juli 1942 Bung Karno dengan menumpang kapal motor kecil tiba di pelabuhan Pasar Ikan, Jakarta. Beberapa waktu kemudian ia memimpin pergerakan rakyat bersama Bung Hatta, Ki Hajar Dewantara, K.H. Mas Mansoer sehingga mereka disebut sebagai empat serangkai. Sesuai otobiografi yang ia tulis jelas sekali tergambar bahwa Bung Karno merupakan salah satu pahlawan negara yang rela berkorban demi bangsanya. Selain itu ia juga bersedia mengabdikan dirinya, memberi ilmu pada orang lain walaupun tanpa diupah. Bung karno dengan jiwa besarnya berkeyakinan bahwa bangsa indonesia suatu saat nanti akan terlepas dari belenggu dan penjajahan. Hal itu terwujud dengan berhasilnya ia memproklamirkan kemerdekaan di hadapan bangsa Indonesia. Sungguh seorang pahlawan dan pemimpin yang seharusnya ditiru oleh para pemimpin Indonesia saat ini.
Selain kisah Tempat Pembuangan Bung Karno di Bengkulu salah satu kisah yang menarik untuk dikupas adalah Daya Tarik Kayu Cendana di Timor Timur. Pulau Timor adalah salah satu dari 13.000 pulau di Nusantara, terletak di ujung timur kepulauan Nusa Tenggara. Luas Pulau Timor 32000 km, sedangkan Timor Timur 18.989 km, yang hampir seluruhnya terdiri dari pegunungan. Gunung tertinggi ialah Tata Mailan, 2950 meter. Sebuah kronik Cina tahun 1436 mengatakan, pulau ini tidak memiliki kekayaan lain selain kayu cendana yang harum baunya. Kayu cendana diminati dan dicari oleh pedagang dari seberang lautan, seperti pedagang Cina yang datang berniaga ke Pulau Timor. Menurut cerita Cina yang ditulis oleh Chao Jukua pada abad ke-13 Kerajaan Sriwijaya atau Su- chi- tan dalam bahasa Cina meliputi: Sin- to (Sunda), Ma- li (Bali), Tan- jung- wo- lu (Tanjung Pura Kalimantan), Ti- Wu (Timor), dan Wa- nu- ku (Maluku). Jelas Timor disebut dalam cerita Cina itu sebagai wilayah Kerajaan Sriwijaya.
Dengan tujuan mencari rempah- rempah yang mahal harganya di pasar Eropa, Portugis mengarungi samudra menuju Kepulauan Nusantara. Pada 1498 Vasco da Gama dari Portugal mencapai pantai India. Conguistador terkenal Afonso de Alburquerque mengalahkan Goa. Dari sana ia mempersiapkan penyerbuan ke Malaka, pusat perdagangan rempah- rempah, yang ditakhlukkannya pada 1511. Setelah Malaka jatuh dipersiapkannya ekspedisi besar ke Maluku dan Banda Neira, pusat produsen rempah- rempah. Tidak seorangpun tahu persis kapan Timor pertama terlihat dari sebuah kapal Portugis. Tetapi pulau itu pertama kali disebut dalam sepucuk surat tanggal 6 Januari 1514 yang ditulis oleh Rui de Brito. Jadi barangkali peristiwa itu terjadi tahun 1500 dan 1514, dan menurut  sumber sangat mungkin Portugis mengunjungi Timor pada 1512.
Daya tarik Timor terletak pada hutan cendananya yang tumbuh melimpah- ruah. Beberapa dasawarsa lewat dan semakin banyak orang Portugis, kemudian orang Belanda terpikat oleh kekayaan alam itu. Pada abad ke- 16 terdapat dua kerajaan bumiputra yang saling bersaing yaitu Kerajaan Belu dan Kerajaan Serviao. Belu menguasai Timor Timur dan sebagian Timor Barat, bahasa mereka bahasa Tetum. Serviao menguasai daerah yang sekarang dihuni oleh orang Atoni dan kebanyakan terdapat di Timor Barat, bahasa mereka Vaiqueno. Di pihak Belu terdapat 46 reinos atau kerajaan yang masing- masing memiliki tingkat kemerdekaan, sedangkan di pihak Serviao terdapat 16 kerajaan yang semua mengakui Sonba’i sebagai penguasa tertinggi, Sonba’i adalah raja Serviao.
Orang Portugis tidak menetap di Timor ketika datang pertama kali tahun 1512. Mereka hanya berdagang membeli kayu cendana. Baru setelah lebih dari 50 tahun kemudian, tahun 1566, orang Portugis mendirikan sebuah benteng di Pulau Solor. Dari Solor pastor- pastor Ordo Dominican melakukan kegiatan menasranikan penduduk Flores, Lombok, Alor, Roti, dan Timor. Di sekitar benteng berkembang suatu masyarakat yang terdiri dari bajak laut Meztizo- Timor, serdadu dan pelaut Portugis, serta pedagang kayu cendana dari Maccao dan Malaka. Masyarakat yang didominasi oleh para pengelana Eropa dan orang Indo- Eropa yang tukang bunuh beserta istri mereka yang pribumi menjadi terkenal sebagai Topass atau Portugis Hitam.
Belanda mengirimkan pasukan ke Timor tahun 1613 untuk merebut kontrol dan monopoli atas perdagangan kayu cendana. Belanda merebut benteng Portugis di Pulau Solor. Para pastor Dominican beserta pengikut mereka, Topass, melarikan diri ke Larantuka di ujung timur Pulau Flores. Saat itu kekuatan mereka lebih dari 1.000 orang, diantaranya terdapat 30 orang Portugis atau Indo dan 7 orang Romo  Dominican. Dalam masa 30 tahun berikutnya benteng di Pulau Solor kerap bertukar- tangan antara Belanda dan Portugis. Kendati timbul sengketa antara Portugis dan Belanda, kapal- kapal mereka terus berlayar untuk mengangkut kayu cendana, lilin tawon lebah, kuda Timor, dan budak. Baik Belanda maupun Portugis melakukan perdagangan budak yang ramai dari Timor sampai jauh ke abad ke- 19.
Penjajahan ditandai oleh dua tahap. Pertama, tahap perdagangan penjajah melaksanakan kekuasaan hanya melalui kontak di pantai dan pos- pos yang kecil seraya mengandalkan pada perjanjian politik dengan raja- raja setempat yang disebut liurai untuk menjaga keseimbangan kekuasaan. Kedua, tahap pemukiman ketika penetrasi dan kekuasaan langsung diperlukan untuk menjamin supremasi. Demikianlah pada tahun 1642 sebuah ekspedisi Portugis bergerak melintas Timor dan menghancurkan pusat kerajaan Wehale yang paling berkuasa di sana. Karena merasa diancam oleh bangsa kulit putih, raja Wehale memeluk agama Islam dan menjadi sekutu Makasar. Portugis tidak senang, lalu mengirimkan ekspedisi untuk menghukum Wehale. Dampak politis tindakan ini ialah monopoli perdagangan Portugis di daerah  pantai terjamin tanpa perlu mengkonsololidasi diri di daerah pedalaman.
Awal abad ke- 18 Timor ibarat api dalam sekam, sewaktu- waktu dapat meletus pemberontakan. Tahun 1719 sejumlah raja atau liurai bertemu secara rahasia dan mengadakan Persetujuan Camenassa. Mereka melakukan sumpah darah dan berjanji untuk tidak berhenti sampai orang Portugis diusir dari Timor. Mereka bersekutu dengan Topass dan pemberontakan dipimpin oleh seorang Topass bernama Fransisco de Hornay. Selama 50 tahun berikutnya, Timor berada dalam keadaan perang terbuka. Portugis bercokol terus dan pada tahun 1769 memindahkan pusat pemerintahannya dari Lifau, yang dikepung oleh orang Timor dan Topass selam dua tahun, ke Dili.
Penjajahan Portugis di Timor Timur ditegakkan dengan menggunakan polisi rahasia yakni Policia Internatinal de Defesa do Estado (PIDE). Seterusnya dengan melakukan teror dan sensor, mengadu domba para liurai atau kepala tradisional rakyat, dan melaksanakan kerja paksa di bawah ancaman hukuman palmatoria. Ini adalah bentuk hukuman yang lazim dipraktikkan oleh Portugis di seluruh Timor Timur. Caranya, telapak tangan orang dipukuli dengan sebuah tongkat yang panjangnya antra 40 sampai 45 sentimeter. Di ujung tongkat ini terdapat sebuah piringan kayu yang keras, setebal dua setengah sentimeter atau lebih. Dengan memukulkan piringan kayu itu keras- keras di telapak tangan, maka setelah 50 kali pukulan telapak tangan itu tidak dapat dipergunakan selama dua atau tiga minggu. Demikian kejamnya hukuman palmatoria di Timor Timur pada zaman kolonial Portugis.
Perang dunia II pecah pada tahun 1939 dan Portugal menyatakan diri sebagai negara netral. Di Asia balatentara Dai Nippon bergerak ke selatan menaklukkan Filipina, Malaya, dan Hindia- Belanda. Tanggal 19 Februari 1942, 1000 tentara Jepang mendarat di Dili dan 5000 orang di Kupang. Di Timor Timur, Jepang menghadapi 327 orang tentara Australia yang bergerilya selama 13 bulan sebelum ditarik kembali ke Australia. Sebagian besar penjabat Pemerintah Portugis di Dili diinternir oleh Jepang. Selama pendudukan Jepang 40.000 rakyat Timor Timur mati karena kurang makan dan terkena penyakit.
Seusai perang dunia, ekonomi Timor Timur berada dalam kesulitan. Anggaran belanja yang disubsidi oleh Lisabon sangat kecil, hal ini mengakibatkan rakyat Timor- Timor menderita. Pada tanggal 11 Mei 1974 dibentuk Uniao Democratika Timorense (UDT) yang menginginkan Timor Timur menjadi negara bagian Portugal sebagai langkah peralihan ke arah kemerdekaan. Para pemimpin UDT adalah Lopes da Cruz, Mousinho, dan dua bersaudara Carras Calao Joia dan Mario. Seminggu kemudian menyusul pembentukan Associacao Social Demokrata Timorense (ASDT), yang pada September 1974 berganti nama menjadi Frente Revocionaria de Timor Leste Indepedente (Fretilin), yang para pemimpinnya adalah Fansisco Xavier do Amaral, Nicolau Abato, Mali Alkatiri, dan Ramos Horta. Mereka menghendaki Timor Timur merdeka dan berdaulat. Pada akhir Mei 1974 dibentuk Assciacao Popular Democratika de Timor (Apodeti) yang prinsipnya menghendaki integrasi dengan Indonesia. Pimpinannya ialah Arnaldo dos Reis Aranjo. Kemudian menyusul pula pembentukan dua kelompok kecil yaitu KOTA dan Trabalhista.
Pemerintah Indonesia mengikuti perkembangan Timor Timur. Presiden Soeharto dalam sidang Dewan Stabilisasi Politik dan Keamanan Nasional tanggal 8 Oktober 1974, menyatakan sikap dasar Indonesia terhadap masalah Timor Timur. Indonesia tidak mempunyai ambisi teritorial. Indonesia menghormati hak rakyat Timor Timur untuk menentukan nasibnya sendiri. Bila rakyat Timor Timur ingin bergabung dengan Indonesia, maka mereka tidak mungkin bergabung sebagai negara, melainkan sebagai bagian dari wilayah Kesatuan Republik Indonesia. Sikap dasar Indonesia ini perlu ditegaskan, karena dalam politik dekolonasi Portugal direncanakan diadakan referendum di Timor Timur pada Maret 1975. Referendum ini merupakan sarana bagi rakyat untuk menentukan nasib rakyat sendiri.
Pada pertengahan Oktober 1974 delegasi Indonesia, dipimpin oleh Letnan Jenderal Ali Moertopo, mengadakan pembicaraan dengan Pemerintah Portugal di Lisabon untuk mengetahui sikap dasar Portugal. Atas permintaan Portugal pada Maret 1975 delegasi Indonesia masih dipimpin oleh Ali Moertopo, berunding di London dengan delegasi Portugal. Dari pertemuan ini dapat disimpulkan adanya pengakuan de facto bahwa Indonesia merupakan salah satu faktor kekuatan yang terkait dalam proses dekolonisasi Timor Timur, sehingga Indonesia harus diperhitungkan dan diikutsertakan. Portugal juga setuju bahwa cara paling mudah ialah integrasi Timor Timur dengan Indonesia melalui penentuan nasib sendiri yang diterima secara internasional. Sebuah tim, sebagai utusan Indonesia dikirim ke Dili pada awal April 1975 untuk mengadakan pembicaraan dengan Gubernur Portugis Kolonel Lemos Pires, para pemimpin UDT, Fretilin, dan Apodeti. Selain itu para pemimpin juga diundang ke Jakarta untuk bertukar pikiran. Semua upaya ini bertujuan untuk menyelesaikan masalah Timor Timur dengan baik dan tidak sampai membahayakan keamanan Republik Indonesia.
Pada tanggal 28 November 1975 Fretilin di Dili memproklamasikan kemerdekaan Timor Timur dalam sebuah upacara. Tindakan Politik ini dibahas oleh UDT dan Apodeti dengan sebuah deklarasi Timor Timur dengan Republik indonesia. Pernyataan integrasi Timor Timur ditandatangani di Balibo oleh Liurai Atsabe dan Borromen atas nama Apodati, Lopes da Cruz dan Domingos de Oliveira atas nama UDT, Jose martin atas nama KOTA dan Domingos Preir atas nama Trabalhista. Menteri Luar Negeri Adam Malik terbang ke Atambua di Timor Timur dan di sana menerima petisi para pemimpin Timor Timur yang meminta integrasi dengan Indonesia. “Kami akan memberikan kepada anda dukungan penuh, secara diam- diam atau terang- terangan, diplomasi telah selesai. Penyelesaian masalah Timor Timur kini adalah garis terdepan medan pertempuran,” ujarnya.
Polemik tentang Timor Timur terus dipersoalkan di berbagai forum internasional. Sejak 1983 Indonesia menempuh dua jalur upaya secara bersamaan. Pertama, atas inisiatif Sekjen PBB tercapai kontak di new York antara wakil tetap RI, wakil tetap Portugal dan wakil Sekjen PBB. Kedua, penambahan serta pemeliharaan dukungan negara- negara terhadap posisi RI. Kedua upaya ini telah menghasilkan terjadinya penundaan perdebatan masalah Timor Timur di PBB berturut- turut padda 1983, 1984, dan 1985. Tetapi mengingat Timor Timur masih tercantum dalam daftar wilayah- wilayah yang belum berpemerintahan sendiri,  masalah Timor Timur setiap tahun tetap dibahas dalam Komite 24 PBB (Komite Khusus Dekolonisasi).
Perubahan politik di Indonesia dengan lengsernya Presiden Soeharto dan diganti dengan B.J Habibie mempunyai dampak yang dramatis terhadap Timor Timur. Habibie menjanjikan status otonomi khusus kepada Timor Timur tetapi Ramos Horta menolaknya, sebab menerima otonomi berarti menerima legalitas penaklukan Timor Timur oleh Indonesia. Sehingga pada hari Senin, 20 Mei 2002 lahir suatu negara ke dunia bernama Republik Demokratik Timor Leste. Berabad- abad yang silam Timor Timur mempunyai daya tarik kayu cendana yang menyebabkan pantainya didatangi oleh petualang dan pedagang Portugis, Belanda, Cina, Arab, dan India. Kini daya tarik cendana telah hilang harga jualnya bersama keluarnya Timor Timur dari Republik Indonesia.  Sangat disayangkan memang, akan tetapi mengingat asas yang digunakan di Indonesia adalah asas demokrasi yang artinya memberikan kebebasan terhadap warga untuk menentukan hidupnya, maka tidak menjadi masalah jika Timor Timur ingin menjadi negara kesatuan sendiri. Kendati secara politik Timor Timur telah berpisah dengan Repubik Indonesia, namun secara kultural kedua rakyat adalah satu bangsa.
Akhirnya sampailah pada akhir penulisan esai ini. Dari rangkuman cerita Sejarah Kecil ‘Petite Histoire’ Indonesia, terdapat banyak sekali amanat yang harus kita teladani. Diantara amanat tersebut adalah, kita sebagai generasi muda harus dapat menghormati jasa- jasa pahlawan yang telah rela berkorban jiwa dan raganya demi mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Tanda penghormatan itu dapat di wujudkan dengan perilaku sehari- hari, misalnya mentaati peraturan negara, memperingati hari- hari bersejarah, dan tidak berhianat terhadap negara kita sendiri. Selain itu, sebagai bangsa Indonesia sudah seharusnya bangga memiliki sumber daya alam yang baik dan melimpah ruah. Untuk itu diharapkan kita dapat memanfaatknnya dengan sebaik mungkin. Menjaga alam Indonesia tetap lestari dan damai sudah cukup membantu mewujudkan cita- cita yang dulu diperjuangkan oleh pahlawan kita.


Daftar Pustaka
Anwar, Rosihan. 2004. Sejarah Kecil ‘Petite Histoire’ Indonesia. Jakarta: Kompas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar