Jumat, 11 Oktober 2013

HAKIKAT SASTRA ANAK




 Oleh : Kartika Septiarini, S.Pd.*


     A.    Hakikat Sastra Anak
Sastra berbicara tentang hidup dan kehidupan, tentang berbagai persoalan hidup manusia, tentang kehidupan di sekitar manusia, tentang kehidupan pada umumnya, yang semuanya diungkapkan dengan cara dan bahasa yang khas. Artinya, baik cara pengungkapanannya maupun bahasa yang dipergunakan untuk mengungkapkan berbagai persoalan hidup, atau biasa disebut gagasan,adalah khas sastra, khas dalam poengertian lain dari pada yang lain.

     B.     Genre Sastra Anak
Sebagaimana halnya dalam sastar dewasa, sastra anak juga mengenal apa yang disebut genre, maka pembicaraan tentang genre sastra anak juga perlu dilakukan. Genre dapat dipahami sebagai suatu tipe kesusastraan yang memiliki perangkat karakteristik umum ( Lukens, 2003 : 13). Menurut Mitchell (2003 :5-6) genre menunjuk pada pengertian tipe atau kategori pengelompokan karya sastra yang biasanya berdasarkan atas stile, bentuk atau isi. Bahwa dalam sebuah genre sastra terdapat sejumlah elemen yang yang memiliki klesamaan sifat, dan elemen itu yang menunjukkan perbedaan dengan elemen pada genre yang lain.
             1.                 Realisme
Realisme dalam sastra dapat dipahami bahwa cerita yang di ksahkan itu bisa saja ada dan terjadi. Peristiwa dan jalinan peristiwa yang dikisahkan masuk akal, logis. Cerita mempresentasikan berbagai peristiwa, aksi dan interaksi, yang seolah-olah memang benar, dan penyelesainnya masuk akal dan dapat dipercaya. Jadi karakteristik umum cerita realisme adalah narasi fiksional yang menampilkan tokoh dan karakter yang menarik yang dikemas dalam latar tempat dan waktu yang dimungkinkan. Ada beberapa cerita yang dikategorikan ke dalam realisme yaitu : Cerita Realistik, realisme binatang, realisme historis, dan cerita olahraga.

             2.                 Fiksi Formula
Genre ini sengaja disebut sebagai fiksi formula, karena memiliki pola-pola tertentu yang membedakannya dengan jenis ynag lain. Walau hal itu tidak mengurangi orisinilitas cerita yang dikreasikan oleh penulis, keadaan itu mau tidak mau merupakan sesuatu yang bersifat membatasi. Jenis satra anak yang dikategorikan ke dalam fiksi formula adalah : Cerita misteri dan detektif, cerita romantis, dan novel serial.

             3.                 Fantasi
Fantasi dapat dipahami sebagai “the willing suspension of disbelief ” (Coleridge, via Lukens, 1999 : 20), cerita yang menawarkan sesuatu yang sulit diterima. Fantasi serimh juga disebut sebagai cerita fantasi “Library fantasi”  dan perlu dibedakan dengan cerita rakyat fantasi “folk fantasy” yang tidak pernah siapa penulisnya, mencoba menghadirkan sebuah dunia lain “Other World” di samping dunia realitas. Cerita fantasi dikembangkan lewat imajinasi yang lazim dan dapat diterima sehinggga sebagai sebuah cerita dapat diterima oleh pembaca. Jenis sastra anak yang dapat dikelompokkan ke dalam fantasi ini adalah : Cerita fantasi, fantasi tingkat tinggi, dan fiksi sain.

             4.                 Sastra Tradisional
Istilah “tradisional” dalam kesusatraan (tradisional literature atau folk literature) menunjukkan bahwa bentuk itu berasal dari cerita yang ang telah mentradisi, tidak diketahui kapan mulainya dan siapa penciptanya, dan dikisahkan secara turun-temurun secara lisan. Berbagai cerita tradisional tersebut ini telah banyak yang dikumpulkan, dibukukan, dan dipublikasikan secara tertulis antara lain dimaksudkan agar cerita itu tidak hilang dari masyarakat. Jenis cerita yang dikelompokkan ke dalam genre ini adalah : fable, dongeng rakyat, mitologi, legenda dan epos.

             5.                 Puisi
Sebuah bentuk sastra disebut puisi jika di dalamnya terdapat pendayagunaan berbagi unsure bahasa untuk mencapai efek keindahan. Bahasa puisi tentulah singkat dan padat, dengan sedikit kata, tetapi dapat mendialogkan sesuatu yang lebih banyak. Genre puisi anak dapat berbentuk puisi-puisi lirik tembang-tembang tradisional, lirik tembang nina bobo, puisi naratif dan puisi personal.

             6.                 Nonfiksi
Apakah buku nonfiksi dapat dikategorikan sebagai salah satu genre anak ? Lukens juga mengemukakan asebagian orang yang bersifat purists. Namun pada kenyataanya terdapat sejumlah buku bacaan nonfiksi yang ditulis dengan kadar artistic yang tinggi, dengan memperhitungkan pencapaian efek estetik lewat pemilihan unsure-unsur stile secara tepat. Bacaan nonfiksi yang ditulis secara artistic sehingga jika dibaca oleh anak, anak kan memperoleh pemahaman dan sekaligus senang. Ia akan membangkitkan pada diri anak perasaan keindahan yang berwujud efek emosional dan intelektual. Bacaan nonfiksi dapat dikelompokkan ke dalam subgenre buku informasi dan boigrafi.

             7.                 Pengembangan Genre yang diusulkan
Genre pembagian Lukens di atas cukup rinci. Tapi kesan adanya tumapng tindih tidak dapat dihindari, dan itu dapat dijadikan salah satu keberatan. Sebuah karya sastra tertentu dapat dimasukkan ke dalam dua genre yang berbeda dengan mempergunakan criteria yang ada. Di bawah ini dikemukakan pembagian genre sastra anak berdasarkan analogi pembagian jenis sastra dewasa dengan memanfaatkan pembagian Lukens. Genre sastra anak cukup dibedakan ke dalam : Fiksi, nonfiksi, puisi, sastra tradisional, dan komik.

    C.     Kontribusi Sastra Anak
Sastra anak diyakini memiliki kontribusi yang besar bagi perkembangan kepribadian anak dalam proses menuju ke kedewasaan sebagai manusia yang mempunyai jati diri yang jelas. Kepribadian atau jati diri seorang anak dibentuk dan terbentuk lewat lingkungan baik diusahakan secara sadar maupun tidak sadar. Yang dimaksud dalam lingkungan sangat luas wilayahnya. Mulai dari kebiasaan, tingkah laku, contoh : lain-lain yang diberikan orang tua, pendidikan yang sadar dan terencana dilakukan di l;embaga sekolah, samapai adapt-istiadat dan lain sebagainya.

             1.                 Nilai Personal
    a.       Perkembangan Emosional
Anak usia dini yang belum dapat berbicara, atau barui ada dalam tahap perkembangan bahasa satu kata atau kaliamt dalam dua tiga kata, sudah ikut tertawa ketika diajak bernyanyi bersama sambil bertepuk tangan. Anak tampak menikmati lagu-lagu bersajak ritmis dan larut dalam kegembiraan. Hal itu dapat dipahami bahwa sastra lisan yang berwujud puisi-lagu tersebut dapat merangsang emosi anak untuk bergembira.

    b.      Perkembangan Intelektual
Lewat cerita, anak tidak hanya memperoleh “kehebatan” kisah yang menyenangkan dan memuaskan hatinya. Cerita menmapilkan urutan kejadian yang mengandung logika pengurutan, logika pengaluran. Logika pengaluran memperlihatkan hubungan antar peristiwa yang dipeni oleh tokoh baik protagonist maupun antagonis. Hubungan yang dikembangkan dalam pengembangan alur pada umumya berupa hubungan sebab akibat, artinya : sutu peristiwa terjadi akibat atau mengakibatkan terjadinya peristiwa yang lain.

    c.       Perkembangan imajinasi
Berhadapan dengan sastra, baik itu yang berwujud suara maupun tulisan, sebenarnya kita lebih berurusan dengan masalah imajinasi. Sesuatu yang abstrak yang berada di dalam jiwa, sedang secara fisik sebenarnya tidak terlalu berarti. Bagi anak usia dini yang belum dapat membaca dan hanya dapat memahami sastra lewat orang lain, cara penyampainnya masih sangat berpengaruh sebagaimnaa halnya orang dewasa mengapresiasi poetry reading atau deklamasi.

    d.      Pertumbuhan Rasa Sosial
Bacaan cerita mendemontrasikan bagaimana tokoh berinteraksi dengan sesame dan lingkungan. Bagaiaman tokoh itu saling berinteraksi untuk bekerjasama, saling membantu, bermain bersama, dan lain sebagainya. Orang yang hidup di tengah masyarakat tidak mungkin berada dalam keadan terisolasi tanpa berhubungan dengan orang lain.

   e.       Pertumbuhan Rasa Etis dan Religius
Selain penunjang pertumbuhan dan perkembangn unsure emosional, intelektual, imajinasi, dan rasa social, bacaan cerita sastra juga berperan dalam mengembangkan aspek personalitas yang lian, yaitu rasa etis dan religius. Demontrasi kehidupan yang secar konkret diwujudkan dalam bentuk tingkah laku tokoh, di dalamnya juga terkandung tingkah laku yang menunjukkan sikap etis dan religius.
      
  2.                       Nilai Pendidikan
    a.       Eksplorasi dan Penemuan
Ketika membaca cerita, pada hakikatnya anak dibawa untuk melakukan sebuah eksplorasi, sebuah penjelajahan, sebuah petualangan imajinatif, ke sebuah dunia relative yang belum dikenalnya yang m,enawarkan berbagai pangalaman kehidupan. Petualangan ke sebuah dunia yang menawarkan pengalman baru yang menarik, menyenangkan, menenangkan dan memuaskan

    b.      Perkembangan Bahasa
Sastra adalah sebuah karya seni yang bermediakan bahasa, maka aspek bahasa memegang peran penting di dalamnya. Sastra tidak lain adalah suatu bentuk permainan bahasa dan dalam genre puisi unsure permainan tersebut cukup menonjol. Bahasa dipergunakan untuk memahami dunia yang ditawarkan, sekaligus  sastra juga berfungsi meningkatkan kemampuan berbahasa anak, baik menyimak, membaca, emnulis, berbicara.

    c.       Pengembangan Nilai Keindahan
Ketika anak berusia 1-2 tahun dininabobokkan dengan nyanyian, dengan kata-kata yang bersajak dan berirama indah. Anak sebenarnya belum dapat memahami makna dibalik kata-kata itu, tetapi sudah dapat merasakan keindahannya.

    d.      Penanaman Wawasan Multikultural
Berhadapan dengan bacaan sastra, anak dapat bertemu dengan wawasan budaya berbagai kelompok social dari berbagai belahan dunia. Lewat sastra dapat dijumpai berbagai sikap dan perilaku hidup yang mencerminkan budaya suatu masyarakat yang berada dengan masyarakat lain.

   e.       Penanaman Kebiasaan Membaca
Kata-kata bijak yang menyatakan bahwa buku adalah jendela ilmu pengetahuan,buku adalah jendela untuk melihat dunia, menemui relevansiinya yang semakin kuat  dalam abad informasi. Adanya arus globalyang melanda dunia dan yang mengandaikan dapat diikuti dengan baik jika orang mau membaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar