A.
Objek
Belajar Matematika
Komponen-komponen dalam proses belajar
menurut Gagne dapat digambarkan sebagai S - R. Sadalah
situasi yang memberi
stimulus, R adalah respons atas stimulus
itu, dan garis di antaranya adalah hubungan di antara stimulus dan respon yang
terjadi dalam diri seseorang yang tidak dapat kita amati, yang bertalian dengan
sistem alat saraf di mana terjadi transformasi perangsang yang diterima melalui
alat dria. Stimulus ini merupakan input yang berada di luar individu dan respon
adalah outputnya, yang juga berada
di luar
individu sebagai hasil belajar
yang dapat diamati.
Gagne menggunakan matematika sebagai sarana untuk menyajikan dan mengaplikasikan teori-teorinya tentang belajar. Menurut gagne (dalam Ismail, 1998), objek belajar matematika terdiri dari objek langsung dan objek tidak langsung. Objek lagsung adalah transfer belajar, kemampuan menyelidiki, kemampuan memecahkan masalah, disiplin pribadi dan apresiasi pada struktur matematika. Sedangkan objek langsung belajar matematika adalah fakta, ketrampilan, konsep, dan prinsip.
1. Fakta
adalah perjanjian-perjanjian dalam matematika seperti simbol-simbol matematika,
kaitan simbol “3” dengan kata “tiga” merupakan contoh fakta. Contoh lain fakta
: “+” adalah simbol dari operasi penjumlahan dan sinus adalah nama suatu fungsi
khusus dalam trigonometeri.
2. Ketrampilan
adalah kemampuan memberikan jawaban yang benar dan cepat. Misalnya pembagian
cara singkat, penjumlahan pecahan dan perkalian pecahan.
3. Konsep
adalah ide abstrak yang memungkinkan kita mengelompokkan objek ke dalam contoh
dan bukan contoh. Himpunan, segitiga, kubus, dan jari-jari adalah merupakan
konsep dalam matematika.
Prinsip
merupakan objek yang paling kompleks. Prinsip adalah sederetan konsep beserta
dengan hubungan diantara konsep-konsep tersebut. Contoh prinsip adalah dua
segitiga dan sebangun bila dua sisi yang seletak dan sudut apitnya kongruen.
B.
Taksonimi
Gagne
Gagne mengembangkan tujuan-tujuan belajar
yang dikenal dengan taksonomi Gagne. Menurut Gagne tingkahlaku manusia yang
sangat bervariasi dan berbeda dihasilkan dari belajar. Kita dapat
mengklasifikasikan tingkahlaku sedemikian rupa sehingga dapat diambil
implikasinya yang bermanfaat dalam proses belajr mengajar. Gagne mengemukakan
bahwa ketrampilan-ketrampilan yang dapat diamati sebagai hasil-hasil belajar
disebut kemmapuan-kemampuan atau disebut juga kapabilitas.
Kapabilitas merupakan kemampuan yang
dimiliki manusia karena ia belajar. Kapabilitas dapat diibaratkan sebagai
tingkahlaku akhir dan ditempatkan pada puncak membentuk piramida. Misalnya
seseorang tidak akan dapat menyelesaikan tugasnya apabila tidak terlebih dahulu
mengerjakan tugas a dan b.
Gagne mengemukakan 5 macam hasil belajar
atau kapabilitas tiga bersifat kognitif, satu bersifat afektif dan satu
bersifat psikomotor. Gagne membagi hasil belajar menjadi lima kategori
kapabilitas sebagai berikut:
1. Informasi
Ferbal
Kapabilitas informasi verbal merupakan
kemampuan untuk mengkomunikasikan secara lisan pengetahuan tentang fakta-fakta.
Informasi verbal diperoleh secara lisan, membaca buku dan sebagainya. Informasi
ini dapat diklasifikasikan sebagai fakta, prinsip, nama generalisasi. Contoh,
siswa dapat menyebutkan dalail Phytagoras yang berbunyi ,”pada segitiga
siku-siku berlaku kuadrat sisi miring sama dengan jumlah kuadrat sisi-sisi
siku-sikunya.
2. Ketrampilan
Intelektual
Kapabilitas ketrampilan intelektual
merupakan kemampuan untuk dapat membedakan, menguasai konsep, aturan, dan
memecahkan masalah. Kemampuan-kemampuan tersebut diperoleh melalui belajar.
Kapabilitas ketrampilan intelektual
menurut Gagne dikelompokkan dalam 8 tipe belajar yaitu,
a. Belajar
isyarat
Belajar isyarat atau
belajar signal ialah belajar sesuatu yang tidak disengaja sebagai akibat adanya
rangsangan. Misalnya sikap positif dari siswa dalam belajar matematika karena
sikap atau ucapan guru yang menyenangkan.
b. Belajar
stimulus respon
Belajar pada tahap ini
sudah disengaja dan responnya adalah jasmaniah. Misalnya siswa menyebutkan atau
menuliskan beberapa contoh bilangan bulat yang negatif setelah guru memberikan
penjelasan tentang bilangan bulat negatif.
c. Rangkaian
gerak
Belajar dalam bentuk
perbuatan jasmaniah terurut dari dua kegiatan atau lebih stimulus respon.
Misalnya seseorang anak yang menggambar ruas garis melalui dua titik yang
diketahui diawali dengan mengambil mistar, meletakkan mistar melalui dua titik,
mengambil pensil (kapur tulis), dan akhirnya menarik ruas garis.
d. Rangkaian
verbal
Belajar yang berupa
perbuatan lisan terurut dari dua kegiatan atau lebih stimulus respon. Misalnya
menyatakan atau mengemukakan pendapat tentang simbol, definisi, aksioma, dalil
dan semacamnya.
e. Belajar
membedakan
Belajar
memisah-misahkan rangkaian yang bervariasi. Ada dua macam belajar
membeda-bedakan, yaiutu belajar membedakan tunggal berupa pengertian siswa
terhadap suatu lambang, misalnya lambang penarikan akar kuadrat. Sedangkan
membedakan jamak adalah membedakan beberapa lambang tertentu misalnya
lambang-lambang ruas garis, sinar, dan garis.
f. Belajar
konsep
Tipe belajar konsep ini
disebut pula tipe belajar pengelompokkan, yaitu belajar mengenal atau melihat
sifat bersama dari suatu benda atau peristiwa. Misalnya untuk memahami konsep
lingkaran siswa mengamati cincin, gelang, permukaan drum, permukaan gelas, dan
semacamnya.
g. Belajar
aturan
Pada tipe ini siswa
diharap mampu memberikan respon terhadap semua stimulus dengan segala macam
perbuatan misalnya siswa yang mampu menyebutkan sifat penyebaran perkalian
terhadap penjumlahan, tetapi belum mampu menggunakan atau sebaliknya.
h. Pemecahan
masalah
Pemecahan masalah
adalah tipe belajar yang paling tinggi. Sesuatu itu merupakan masalah bagi
siswa bila sesuatu itu baru dikenalnya, tetapi siswa telah memiliki
prasyaratnya, hanya siswa belum tahu proses algoritmanya
(hitungan/penyelesaiannya). Sesuatu masalah bagi siswa tetapi bukan guru.
3. Strategi
kognitif
Kapabilitas strategi kognitif adalah
kemampuan untuk mengkoordinasikan serta mengembangkan proses berpikir dengan
cara merekam, membuat analisis dan sintesis. Kapabilitas ini terorganisasikan
secara internal sehingga memungkinkan perhatian, belajar, mengingat, dan
berpikir anak terarah. Contoh tingkahlaku akibat kapabilitas strategi kognitif,
adalah menyusun langkah-langkah penyelesaian masalah.
4. Sikap
Kapabilitas sikap adalah kecenderungan
untuk merespon secara tepat terhadap stimulus atas dasar penilaian terhadap
stimulus tersebut. Respon yang diberikan oleh seseorang terhadap suatu objek
mungkin positif mungkin pula negatif, hal ini tergantung kepada penilaian
terhadap objek yang dimaksud, apakah sebagai objek yang penting atau tidak.
5. Ketrampilan
motorik
Untuk mengetahui seseorang memiliki
kapabilitas ketrampilan motorik, kita dapat melihtnya dari segi kecepatan,
ketepatan, dan kelancaran gerak otot-otot, serta anggota badan yang
diperlihatkan orang tersebut. Kemapuan dalam mendemonstrasikan alat-alat peraga
matematika merupakan salah satu contoh tingkahlaku kapabilitas ini.
C.
Implementasi
Teori Belajar Gagne Dalam Pembelajaran Matematika
Dalam pembelajaran menurut Gagne, peranan
guru hendaknya lebih banyak membimbing peserta didik. Guru dominan sekali
peranannya dalam membimbing peserta didik. Di dalam memberikan serentetan
kegiatan dengan sebagai berikut:
1. Membangkitkan
dan memelihara perhatian
2. Merangsang
siswa untuk mengingat kembali konsep, aturan dan ketrampilan yang relevan
sebagai prasyarat
3. Menyajikan
situasi atau pelajaran baru
4. Memberikan
bimbingan belajar
5. Memberikan
Feedback atau balikan
6. Menilai
hasil belajar
7. Mengupayakan
transfer belajar
8. Memantapkan
apa yang dipelajari dengan memberikan latihan-latihan untuk menerapkan apa yang
telah dipelajari
Menurut Gagne, sasaran pembelajaran
adalah kemampuan. Yang dimaksudkan kemampuan disini adalah hasil belajar berupa
perilaku yang dianalisis. Sasaran belajar yang dikemukakan Gagne sama dengan
tujuan instruksional atau tujuan yang perumusannya memajukan tingkahlaku.
Sasaran pembelajaran menurut Gagne mengacu pada hasil pembelajaran yang
diharapkan, sebagai hasil pembelajaran yang diharapkan, berarti tujuan
pembelajaran ditetapkan terlebih dahulu. Berikutnya semua upaya pembelajaran
diarahkan untuk mencapai tujuan ini.sasaran pembelajaran dubuat dengan jelas
dan operasional. Sasaran-sasaran tersebut akan menjadi landasan dalam
pembelajaran.
Dalam pembelajaran menurut Gagne, anak
dibimbing dengan hati-hati, dan ia dapat bekerja dengan materi terprogram atau
program gur. Siswa harus dapt aktif dan tidak bisa pasif. Ia mengerjakan banyak
hal, mulai dari mengerjakan latihan-latihan sampai ia memecahkan masalah tetapi
seluruhnya ditentukan dengan program.
Menurut Gagne, pemecahan masalah
merupakan tipe belajr yang tingkatnya paling tinggi dan kompleks dibanding
dengan tipe belajar dimulai prasyarat yang sederhana, yang kemudian meningkat
pada kemampuan kompleks. Gagasan Gagne mengenai rangkaian belajr cocok
diterapkan dalam pembelajaran matematika, sebab bila kita perhatikan
konsep-konsep dalam matematika tersuusun secara hirarkis. Konsep baru terbentuk
karena adanya pemahaman terhadap konsep sebelumnya, untuk itu lebih baik jika
rangkaian belajar itu dimulai dari prasyarat yang sederhana, kemudian menigkat
pada kemampuan yang kompleks.
Gagne mengemukakan bahwa transfer belajar
akan terjadi apabila pengetahuan dan ketrampilan matematika yang telah dipelajari
dan berkaitan dengan konsep dan prinsip, berhubungan langsung dengan
permasalahan baru yang kita hadapi. Tetapi sebaliknya, apabila konteks yang
baru tersebut membutuhkan suatu konsep dan prinsip yang berbeda dari kemampuan
spesifik yang sudah dikuasai sebelumnya, maka transfer belajar tidak akan
terjadi.
D.
Kejadian-kejadian
Belajar
Gagne mengemukakan delapan fase dalam
satu tindakan belajar (learning act). Fase-fase itu merupakan kejadian-kejadian
eksternal yang dapat distrukturkan oleh siswa (yang belajar) atau guru. Setiap
fase dipasangkan dengan suatu proses yang terjadi dalam pikiran siswa
menunjukkkan suatu tindakan belajar menurut Gagne. Setiap fase diberi nama, dan
di bawah masing-masing fase terlihat suatu kotak yang menunjukkan proses internal
utama, yaitu kejadian belajar, yang berlangsuang selama fase itu.
Kejadian-kejadian belajar tersebut antara lain:
1. Fase
motivasi
Siswa (yang belajar)
harus diberi motivasi untuk belajar dengan harapan, bahwa belajar akan
memperoleh hadiah.
2. Fase
pengenalan
Siswa harus memberikan
perhatian pada bagian-bagian yang esensial dari suatu kejadian istruksional,
jika belajar akan terjadi.
3. Fase
perolehan
Bila siswa
memperhatikan informasi yang relevan, maka ia telah siap untuk menerima
pelajaran.
4. Fase
retensi
Informasi yang baru
diperoleh harus dipindahkan dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang.
5. Fase
pemanggilan
Bagian penting dalam
belajar adalah belajar memperoleh hubungan dengan apa yang telah kita pelajari,
untuk memmanggil (recall) informasi yang telah dipelajari sebelumnya.
6. Fase
generalisasi
Generalisasi atau
transfer informasi pada situasi-situasi baru merupakan fase kritis dalam
belajar.
7. Fase
penampilan
Para siswa harus
memperlihatkan, bahwa mereka telah belajar sesuatu melalui penampilan yang
tampak.
8. Fase
umpan balik
Para sisawa harus
memperoleh umpan balik tentang penampilan mereka, yang menunjukkan apakah
mereka telah atau belum mengerti tentang apa yang diajarkan. Umpan balik ini
memberikan reinforsemen pada mereka untuk penampilan yang berhasil.
E.
Kejadian-kejadian
Instruksional
Berdasarkan analisisnya tentang
kejadian-kejadian belajar, Gagne menyarankan kejadian-kejadian instruksional.
Menurut Gagne, bukan hanya guru yang dapat memberikan instruksi.
Kejadian-kejadian belajarnya dapat juga diterapkan baik pada belajar penemuan,
atau belajar di luar kelas, maupun belajr di dalam kelas. Tetapi
kejadian-kejadian instruksi yang dikemukankan
Gagne ditunjukkan pada guru yang menyajikan suatu pelajaran pada sekelompok
siswa-siswa. Kejadian-kejadian instruksi itu antara lain adalah:
1. Mengaktifkan
motivasi
Langkah pertama dalam
suatu pelajaran ialah memotivasi para siswa untuk belajar, kerap klai ini
dilakukan dengan membangkitkan perhatian mereka dalam isi pelajaran, dan dengan
mengemukakan kegunaanya.
2. Memberitahu
tujuan-tujuan belajar
Kejadian instruksi
kedua ini sangat erat hubungannya dengan kejadian instruksi pertama. Sebagian
dari mengaktifkan motivasi para siswa ialah dengan memberitahukan kepada mereka
tentang mengapa mereka belajar, apa yang mereka pelajari, dan apa yang akan
mereka pelajari. Memberitahu siswa tentang tujuan-tujuan belajar juga menolong
memusatkan perhatian para siswa terhadap aspek-aspek yang relevan tentang
pelajaran.
3. Mengarahkan
perhatian Gagne mengemukakan dua bentuk perhatian. Yang satu berfungsi untuk
membuat siswa siap menerima stimulus-stimulus. Dalam mengajar, perubahan
stimulus secara tiba-tiba dapat mencapai maksud ini. Bentuk kedua dari
perhatian disebut persepsi selektif. Dengan cara ini siswa memilih informasi
yang mana yang akan diteruskan ke memori jangka pendek.
4. Merangsang
ingatan
Pemberian kode pada
informasi yang berasal dari memori jangka pendek yang disimpan dalam memori
jangka panjang, menurut Gagne merupakan bagian yang paling kritis dalam proses belajar.
Guru dapat berusaha menolong siswa-siswa dalam mengingat atau mengeluarkan
pengetahuan yang disimpan dalam memori jangka panjang itu. Cara menolong ini
dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan paa para siswa, yang
merupakan suatu cara pengulangan.
5. Menyediakan
bimbingan belajar
Untuk memperlancar
msuknya informasi ke memori jangka panjang, diperlukan bimbingan langsung dalam
pemberian kode pada informasi. Untuk mempelajari informasi verbal, bimbingan
itu dapat diberikan dengan cara mengaitkan informasi baru itu pada pengalaman
siswa.
6. Meningkatkan
retensi
Retensi atau
bertahannya materi yang dipelajari (jadi tidak dilupakan) dapat diusahakan oelh
guru dan para siswa itu sendiri dengan cara sering mengulangi pelajaran itu.
7. Melancarkan
transfer belajar
Tujuan transfer belajar
adalah menerapkan apa yang telah dipelajari pada situasi baru. Ini berarti
bahwa apa yang telah dipelajari itu dibuat umum sifatnya. Melalui tugas
pemecahan masalah dan diskusi kelompok guru dapat membantu transfer belajar.
8. Mengeluarkan
penampilan / dan memberikan umpan balik
Hasil belajar perlu
diperhatikan melalui suatu cara, agar guru dan siswa itu sendiri mengetahui
apakah tujuan belajar telah tercapai. Untuk itu sebaiknya guru tidak menggangu
hingga seluruh pelajaran selesai. Sebaiknya guru memberikan kesempatan sedini
mungkin pada siswa unutk memperlihatkan hasil belajar mereka, agar dapat diberi
umpan balik, sehingga pelajaran selanjutnya berjalan dengan lancar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar